Jumat, 11 November 2022

Hati Ingin Cerita

 Banyak kata yang tak kunjung keluar dari mulutnya

Seperti berat berbicara pada apa yang harusnya ia sampaikan dan berkeluh kesah

Padahal sebenarnya ingin bercerita

Tapi apalah daya, dia hanya memendam segala ada

Segala kesalahan yang ia perbuat 

Segala kelakuan hingga sebab dan akibat itu muncul

Dia hanya pasrah

Karena bercerita menurutnya akan menjadi tambah lebih berat

Dalam hati ia akui segala kesabarannya

Dalam hati ia sesali segalanya

Keluarga yang porak poranda

Pohon yang tumbang dan reanting yang berguguran


Segala hukuman

Semoga benar jadikan ia pembelajaran

Minggu, 01 November 2020

Ada rindu

 Hujan baru saja berhenti

Aroma tanah yg sedari tadi

Menggumpal rasa 


Sejenak dia bisa terlelap

Terkadang mengigau


Ah

Ini sudah larut malam


Jumat, 23 Oktober 2020

Ada rasa

Dan setiap malam detak jantungnya berdetak

Ada rasa cemas yang sering menghantuinya

Ada rasa was2 tatkala suaminya pergi dan takut tak kembali


Ya

Selalu ada rasa cemas

Antara ketukan daun pintu

Dan dinding-dinding kokoh yg entah 


Dalam sujud dia menangis

Dalam tidur dia terjaga




Jumat, 18 Oktober 2019

Hujan

Seperti apa harus tergambarkan
tatkala rasa tak beraroma
puing-puing tak berdinding: perlahan-lahan kristal-kristal itu jatuh seperti pecahan kaca
dan kau tak juga ingin pulang
sepanjang jalan: menghitung pecahan kaca di jalan raya
dan sekujur jilbab mu yang mulai basah

"Mas! kita hujan-hujanan yah"
berputar sambil menunggu pecahan kaca yang lebih besar lagi
sebab kau bertasbih bahwasanya udah lama jarang begini
hari semakin sore
matahari pun tiada lagi
seperti air mata, hujan itu telah mengguyur tubuhmu
diantara jilbabmu
berjalan sepanjang jalanan
ketimur, kebarat
nah kan: bapak sudah mulai marah tuh
cukup sudah
sepertinya hujan juga telah reda
dan saatnya
kita kembali kedalam rumah
~Suatu Ketika Hujan Sepanjang Jalan, 10 Maret 2013~

Komplain

Lalu waktu menasbihkan malam yg blm khatam
Besi-besi tua yg seperti tempoe dulu menemani perjalan bali-banyuwangi
Untung aku tak membawamu serta buah hati kita
Tak kutega jika dia merasakan dinginnya malam yg mengiris kulit
Terdiam dlm bangku tunggu!
Menyalakan hardisk memori percakapan kmrn

"Aku tak pernah kau buatin puisi" ketusmu lirih
Sebab cintaku tak cma lwt puisi
Sebab sayangku takclwt kata hati
Karena iia selalu ad disini: HATI
~sepanjang perjalan bali-banyuwangi~
8 Januari '15

Rindu

Percakapan singkat
Pengantar tidur atau I'tikad
Sehari berlari mengejar matahari
Blm lagi hujan yg terkadang jatuh tak permisi
Sampai sore hari dan terlelap dalam mimpi
#maaf untuk keterbatasan diri
Hati dan pernah berhenti: untukmu dan si buah hati; Rindu ingin segera pulang

Kutitipkan rindu

Kutitipkan rindu dipelupuk matamu
Pada bulir-bulir yang jatuh diantara pipimu
Kecupan hangat dan dekapan erat
"Jaga anak-anak kita layaknya pusaka"
Dan anginpun berhembus
Manakala pintu terbuka dan pamit
Harus segera beranjak bangkit
Ini semua demi masa depan kita
Masa depan anak-anak kita
Leburkan saja
Dalam Do'a dan istiqomah
"Pa, jangan berangkat kerja, besok aja"
Celetuk pangeran kecil itu tanpa dosa
Kudekap erat...
Bismillah....
Tidak ada perjuangan yang sia-sia
Bali-Lombok, 10 Ramadhan 1438H

Ada yg tertinggal

Ada yg tertinggal
Antara besi2 tua dan aspal
Antara tangisan dan sebuah lambaian
Ada yg tertinggal
Ya
Berat sangat sebenarnya kaki beranjak
"Jaga anak-anak kita yah"
Bisikku lirih dalam dekapan
Kristal putih pun jatuh
Aku tahu itu
Sesekali kau usap dintara pipimu

Sepanjang jalan
Masih terasa
Ada yg tertinggal
Kamu, kamu,kamu
Ya kamu; istriku dan anak-anakku
Tano-kayangan 4 syawal 1438H

Hujan


Hujan ini tak kunjung berhenti
dan rinduku semakin menjadi: pada pelukan hangat nan erat
dan tangis bayi yg terjaga akan hausnya
Ya...
Hujan selalu menyisakan rindu yg tak pernah habis berbaris
Sebab slalu ku ingat katamu: "hujan pa! Ayok kita plg"
Lalu kita terlelap di gubuk persinggahan kita

Selasa, 12 Maret 2013

Suatu Ketika Hujan Sepanjang Jalan

Seperti apa harus tergambarkan tatkala rasa tak beraroma puing-puing tak berdinding: perlahan-lahan kristal-kristal itu jatuh seperti pecahan kaca dan kau tak juga ingin pulang sepanjang jalan: menghitung pecahan kaca di jalan raya dan sekujur jilbab mu yang mulai basah "Mas! kita hujan-hujanan yah" berputar sambil menunggu pecahan kaca yang lebih besar lagi sebab kau bertasbih bahwasanya udah lama jarang begini hari semakin sore matahari pun tiada lagi seperti air mata, hujan itu telah mengguyur tubuhmu diantara jilbabmu berjalan sepanjang jalanan ketimur, kebarat nah kan: bapak sudah mulai marah tuh cukup sudah sepertinya hujan juga telah reda dan saatnya kita kembali kedalam rumah ~Suatu Ketika Hujan Sepanjang Jalan, 10 Maret 2013~